top of page

Hubungan Yang Tertelan Zaman

  • Writer: Aksara Jiwa
    Aksara Jiwa
  • Mar 11, 2020
  • 3 min read

Kita bertemu di tempat yang sama 3 tahun yang lalu ketika kita pertama bertemu. Kamu, iya kamu, masih sama seperti dahulu dengan senyuman sinis mu, dilengkapi dengan sikap mu yang seakan-akan merendahkan orang yang kamu pandang dibawah mu. Namun, tidak untuk ku. Aku telah berubah, seperti ulat yang telah keluar dari penjara untuk bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang anggun.


Aku bukanlah aku yang dahulu, namun sepertinya, perubahan ku menjadi sesuatu yang sangat kau benci, ya, kamu masih lah sama seperti yang dahulu. Seseorang yang enggan dengan adanya perubahan dan menyukai hal-hal yang sesuai dengan ekspektasimu.


“ 3 tahun memang waktu yang lama... tidak kusangka kau telah berubah.. cih” ucapnya.


“Semua orang berubah, ada yang menembus awan bahkan ada juga yang turun melampaui standar-nya” ucapku dengan lantang. “Aku bukanlah aku yang dahulu, aku tidak lagi takut dengan perubahan, karena perubahan tidaklah begitu buruk seperti yang kau wacanakan,” lanjutku.


“Kau ini bodoh ya?!!”ucapnya, dengan suara yang memanas. “Orang berubah untuk apa? Untuk menjilat orang lain? Untuk mendapatkan wanita yang baru?!! Atau mungkin memang aku tidak pernah benar-benar mengetahui kamu yang sebenarnya!”


Suasana menjadi tegang selama sementara waktu, burung-burung yang tadi berkicau seakan membisu mengheningkan suasana. Waktu seakan-akan berhenti berputar yang membekukan dunia selama sementara.


“Orang tidak pernah berubah! Ku pernah berfikir bahwa ayahku yang dahulu selalu keras dengan ku dan suatu ketika dia berubah menjadi baik dan penyayang---” ucapnya.


“Bukan kah itu hal yang baik? Dan membuktikan bahwa orang bisa berubah?” ujar ku memotong pembicaraan.


“Sepertinya ada yang masih kukenali denganmu, masih sama seperti yang dahulu, kau masih suka memotong pembicaraan ku... tck, dan kukira orang bisa berubah, ternyata tidak” ujarnya sambil tersenyum. “Ayahku memang menjadi penyayang, namun itu hanya dilakukannya karena ketika tua nanti dan ketika dia telah bergabung dengan tanah... dia tahu tidak akan ada lagi yang akan merawat atau mendoakan dia. Orang berubah karena ada kepentingan saja,perubahan yang tulus hanya ada di kisah-kisah dongeng yang ditulis oleh walt disney” lanjut nya.


Ku terdiam sejenak.


“Tidak! Kamu salah, orang berubah karena mereka merasa ada yang salah dengan hidupnya, mereka berubah karena mereka tahu itu bukanlah versi dirinya yang terbaik dan disitulah muncul ketulusan seseorang untuk berubah, bukan karena pengaruh orang lain namun muncul dari dalam dirinya sendiri.... Kau salah menilai konsep ketulusan dalam perubahan” ucapku.


Kami berdua terdiam untuk sementara waktu, mendinginkan suasana yang kian lama semakin membeku. Tidak terasa 3 tahun telah banyak mengubahku, namun, ku tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk dirinya. Dia sama sekali tidak berubah, masih menjadi seorang yang keras kepala dan tidak mau kalah dengan persepsi dan perspektif yang terbuat oleh masa-masa lalunya yang kurang begitu baik. Yah, tidak bisa disalahkan juga, manusia kadang berhenti untuk mempercayai sesuatu jika mereka telah terlukai oleh sesuatu itu.


Dahulu kita sering bermain bersama, melengkapi kata-kata kita, bahkan pikiran kita juga masih sejalan. Namun, hubungan kita telah lama ditelan zaman, waktu dan pengalaman telah banyak merubahku. Diriku yang dahulu sama seperti mu kian lama semakin memudar, seperti sebuah batu yang semakin lama semakin mengikis diterpa air yang walau sedikit namun konsisten. Pengalaman dan usia mengubah diriku yang dahulu keras menjadi lebih lunak dan sedikit dewasa. Namun, sepertinya hal itu tidak terjadi padamu, namun kita semua memiliki jalan kita masing-masing dan aku telah memilih jalanku, jika itulah jalan mu maka tidak ada lagi yang bisa ku katakan untuk mengubah pemikiran keras kepala mu itu.

Dengan langkah yang pelan, ke sedikit mendekati-nya sembari menaruh tangan ku di pundaknya. Dengan upaya meyakinkan dia bahwa hubungan kita sudah lama berhenti, mungkin memang ada yang harus diperbaiki agar hubungan ini tidak menjadi malapetaka ke depannya.


“Maaf... namun aku telah menentukan jalan hidupku dengan pilihan ku sendiri, anggaplah perubahan kecil ini sebagai langkah baru ku untuk terus berkembang ke depannya” ucap ku pelan.


“Tck...” kecewa mendengarnya, aku berkata, “baiklah kalo itu maumu.... tempat ini sudah tidaklah mengenali atau membutuhkan mu lagi... mungkin perubahan ini.. menjadi sebuah cara untuk mengucapkan selamat tinggal” ucapnya sembari membalikan badannya dan berjalan menjauh.


Dia berjalan terus menjauh, melintasi kabut-kabut kota, sesekali burung uncuing bersiul malapetaka. Jembatan yang sembari berdiri kokoh tempat kita bertemu dan berpisah pun runtuh, menenggelamkan aku ke dasar sungai. Semakin lama semakin pudar penglihatanku,

suara sekitar berubah menjadi samar-samar, air dan reruntuhan seakan menimpaku secara bersamaan.


Seketika aku terbangun dari lamunanku, ternyata percakapan tadi hanyalah sebuah mimpi belaka namun, hal itu terasa begitu nyata. Akupun masih mengingat semua perkataannya sebelum ia meninggalkanku sendiri. Ku melihat sekitar dan menyadari aku masih terduduk di kursi kamar kost ku yang sedikit berantakan.


Ya memang telah banyak yang berubah, sepatu-sepatu macbeth-ku yang lama telah tergantikan oleh sepatu-sepatu yang lebih relevan dengan zaman seperti Nike dan Jordan. Dahulu aku juga menyimpan musik-musik MCR yang sekarang tergantikan oleh Kendrick Lamar. Mungkin memang sudah waktunya ku berdamai dengan masa lalu dan berjalan ke depan untuk pertama kalinya.


M.H.

 
 
 

Recent Posts

See All
Peran

Anak manusia riuh dengan peran Anak manusia mengandung beban Kebingungan Ia mencari jalan Meratap waktu dihentikan Ia lelah jadi beban...

 
 
 
Perempuan Idealis

Perempuan idealis itu berpikir Bahwa Ia bisa mengubah manusia yang kikir Karena dia tau picik hati manusia sebab tak pernah berpikir...

 
 
 
Kudeta Alam Semesta

Manusia... Perangaimu bagai malaikat namun bertanduk iblis Sang Penyair spektakuler, juga penghasut yang ulung Konduktor malapetaka...

 
 
 

Comments


Terima kasih telah mengunjungi website kami. 

Bantu Apakah menjadi lebih baik lagi dengan mengisi kolom saran di bawah ini.

Thanks for submitting!

© 2019 by Sanggar Kesenian Apakah.

bottom of page